Bapakku dan Ketan Susu Keju

Hujan turun deras sepanjang Januari. Kedai kami sepi, pelanggan enggan mampir. Tetapi semangat orang tuaku masih sehangat mentari di bulan Juni.

Rapat keluarga digelar di bulan Desember. Kami bersantai di ruang keluarga sambil menonton berita televisi. Tekad ibu bapakku sudah bulat. Hari itu diputuskan, kami akan berjualan ketan susu mulai awal tahun.

Apalah ketan susu itu, aku baru tahu setelah bau harum pandan membangunkanku di pagi harinya.

Entah ibu mencontoh ide ketan susu dari mana. Yang jelas bagiku rasa ketan susu cukup unik. Ketan wangi diberi kuah susu cair, ditaburi meses coklat dan keju, dimakan selagi hangat.

Di daerah rumahku, belum ada yang jual ketan susu. Bagi ibu dan bapak, ini adalah peluang bisnis yang menjanjikan.

Image

Niat untuk kembali berwirausaha itu sebenarnya muncul sejak tengah tahun lalu, beberapa saat setelah bapak dirumahkan tanpa basa-basi. Bapak tak ingin berpangku tangan meski dua dari empat anaknya sudah berpenghasilan.

“Selama masih ada diantara kalian yang bersekolah, belum saatnya berhenti bekerja,” katanya.

Sejatinya, ini bukan kali pertama kami berwirausaha. Pada krisis 1998, Bapak juga dirumahkan. Kami pun membuka lapak di pasar. Dengan modal pas-pasan, kami berdagang singkong, kelapa, ikan, dan aneka sembako. Bisnis ini tutup karena Bapak mendapat pekerjaan tetap. Ibuk juga pernah menjajal bisnis catering yang jumlahnya sampai ribuan bungkus. Namun memang rejeki datang silih berganti. Bisnis itu bertahan tak lebih dari lima tahun.

Keputusan berjualan ketan susu melewati seleksi yang cukup ketat. Ibu melakukan percobaan berbagai menu. Disela kesibukannya bekerja, Ibu memasak hampir setiap hari. Soto ayam, nasi empal, rujak, roti bakar, semua menu terhidang di meja makan. Aku dan ketiga saudaraku berpura-pura jadi pelanggannya.

“Jualan rujak eskrim juga, bulik, di Jogja laris sekali,” kata Bude kepada Ibu.

Demi Tuhan, aku nggak tahu macam mana pula rujak eskrim itu.

Ternyata, rujak eskrim adalah rujak serut pedas diberi topping eskrim kopyor. Hmm. rasanya unik juga.

Semua masukan dari tetangga, saudara, dan teman-teman ditampung jadi satu. Sampailah kami pada ketukan palu kedua: selain ketan susu, kami juga akan menjual rujak eskrim, roti bakar gulung aneka rasa, gado-gado, dan teh tarik. Semua menu diracik dan dibuat sendiri.

Keputusan penting lainnya adalah menetapkan nama kedai.

“Kedai kita namanya DATUNG aja. Bagus kan?” kata ibu.

Datung. Kepanjangan dari David Untung, nama bapakku. Kami cuma bisa…manggut-manggut sambil batuk.

Bingung menetapkan nama, kakakku memberi jalan keluar yang brillian. “Gimana kalau pakai angka aja, kan kayak mi ayam 99, es teler 77, kayaknya lebih keren,” katanya.

TOK! Ketuk palu terakhir. Nama kedai kami adalah KETAN SUSU 07. Kenapa tujuh? Apakah tujuh adalah angka pembawa hoki? Apakah tujuh mengundang nafsu makan berdasarkan fengshui?

Bukan! Tujuh adalah nomor rumah kami. Sesederhana itu.

Dengan modal seadanya, berdirilah Kedai Ketan Susu 07 bersama jajaran makanan lainnya di Foodstreet Islamic Tangerang, beberapa ratus meter dari rumahku.

Image

Kami memperkerjakan seorang karyawan. Di hari pertama, angka tujuh ternyata betulan membawa hoki. Telepon berdering berkali-kali, pesanan melimpah. Sebelum berangkat kerja, aku mengantar pesanan ke kantor-kantor sekitar. Lalu, memberi diskon dan rujak gratis untuk para pelanggan perdana.

Beberapa lama setelahnya, hujan mengacaukan rencana kami. Pelanggan sepi. Tetapi toh, tak ada yang instan dalam berwirausaha. Sukses tentu tak datang dari langit, ia datang dari usaha dan doa.

WP_20140108_00620140204232909

Lalu, ujian datang lagi: karyawan kami pulang kampung dan hingga kini belum kembali.

Di hari kerja, kami terpaksa membiarkan bapak berjualan sendiri di kedai. Dengan kemampuan seadanya, ia melayani pelanggan dengan ramah. Bapak berusaha kreatif menarik pembeli dan selalu mencoba menu baru.

Saking kreatifnya, bapakku mencetak ulang daftar menu kami dengan bahasa yang hanya Ia dan Tuhan yang tau. Kini, kami memiliki menu ketan susu keju SRI KAYA, SETRO BERY, COY K LATE, dan KA CHANG. Ada juga roti gulung DAPIL (daerah pemilihan?), dan roti gulung TELMI. Syukurku pada Tuhan, menu french fries tidak ditulis menjadi french kiss.

Image

Sungguh, aku berterimakasih pada para pelanggan yang rela berhujan-hujan demi teh tarik panas dan ketan susu keju. Para saudara, teman, dan kerabat yang memberi masukan serta dukungan.

Puji Tuhan, mulai tanggal 10 Februari ini, kami akan membuka kedai kedua di Pasar Paramount Gading.

Mohon doakan dan mari datang. 😀 😀

Image

7 thoughts on “Bapakku dan Ketan Susu Keju

  1. Proficiat ya Mbak,Sungguh inspiratif dan kreatif didalam menyikapi dan menjalani pergumulan hidup saat ini,Semoga Sukses dan Maju usahanya ya dan yang pasti selalu Untung sesuai dengan nama Juragan Ketan Susunya ,salam untuk Bapak dan ibu ya.

  2. Tetap semangat dan keep positive…
    Congrat atas dibukanya outlet ke 2..
    Jaya selalu buat ketan susu 07..
    Salam hangat selalu.

Leave a reply to Agatanarita Cancel reply